Rabu, 11 November 2009

Gerakan Demokratik Indonesia ( Sekilas Refleksi Gerakan )

Gerakan Demokratik Indonesia
( Sekilas Refleksi Gerakan )
Oleh; Saiful Haqi


Pendahuluan
Suatu keharusan bagi kalangan aktifis gerakan untuk mengetahui sejarah perkembangan gerakan demokratik di nation ini, karena bagaimanapun juga dari pembacaan sejarah ini kita dapat menarik pelajaran dari beberapa taktik dan strategi perjuangan yang telah lalu. Tak heran jika ada yang mengatakan bahwa sejarah menentukan hari ini dan hari ini menentukan hari esok, adanya gerakan di sebuah nation tidak muncul dengan sendirinya, tentu ada hal yang mempengaruhi / mensyaratkan akan lahirnya sebuah materi yang bernama Gerakan, begitu juga munculnya sebuah ide perjuangan dan melakuakan pergerakan tentu akibat adanya ketidak seimbangan dan kesenjangan serta ketidak adilan yang di alami oleh massa rakyat. Bangsa Indonesia yang lebih dari 300 setengah abad lamanya dalam belenggu kolonialisme, di tambah dengan kelaliman rezim otoriter orde baru selam 32 tahun. Dari beberapa perjalanan tersebut sejarah kelaliman penguasa tidak pernah berpihak pada rakyat sehingga mengalami berbagai macam penindasan memberikan inspirasi terhadap munculnya sebuah organisasi modern dan juga melakukan perlawanan terhadap kelaliman rezim.
Dalam makalah ini kita akan banyak mendiskusikan beberapa evaluasi dan refleksi gerakan dalam melakukan perlawanan terhadap kolonial dan penguasa, dalam perriode pasca kemerdekaan sehingga kita dapat mempelajari bersama strategi taktik yang di lakukannya, besar harapan kemudian kawan-kawan dapat lebih banyak mengeksplorasinya dalam diskusi ini.
Sejarah gerakan demokratik dan perkembangannya di nation ini di mulai sejak abad ke-XX di mana dalam abad ini banyak bermunculan teori-teori maju dalam melakukan sebuah perjuangan. Kalau kita melihat beberapa perkembangan sejarah tersebut berawal sejak kebijakan politik etis yang ini turut mempengaruhi munculnya sebuah organisasi gerakan. Lalu kalau kita lihat bersama gerakan yang memngambil posisi sebagai oposisi bagi kekuatan rezim yang tidak berpihak pada rakyat selalu mendapatkan pukulan dan represif bahkan berupaya memecah belah kekuatan gerakan untuk mempertahankan statusquonya.

Pengertian
Sebagai pemahaman awal perlu kita ketahui yang di katakana gerakan adalah suatu upaya yang di lakuakan secara sadar dalam mewujudkan sebuah cita-cita masyarakat tertentu yang di dasari oleh rasionalitas / pikiran progresif, secara terus menerus dengan melakukan perjuangan-perjuangan yang konkrit. Pendek kata gerakan adalah cita-cita suatu golongan untuk merubah nasibnya yang tidak adil menjadi adil, yang tidak sejahtera menjadi sejahtera itu yang dapat kita pahami secara sederhana, tentu sebagai gerakan demokratik menginginkan suatu tatanan msyarakat yang lebih demokratis haruslah menanamkan atau mentransformasikan nilai-nilai demokratis terhadap massa. Hal yang melatar belakangi lahirnya suatu gerakan demokratik ini tentu akibat dari tidak adanya atau terampasnya hak-hak demokrasi rakyat yang selama ini di kebiri oleh rezim melalaui seperti hak demokratis buruh yang selama ini masih sulit dalam menyampaikan pendapat di depan umum dan berorganisasi, begitu juga dengan pemuda mahsiswa yang telah di larang dalam melakukan aktifitas politik dalam kampus melalui regulasi-regulasi yang telah di keluarkan oleh rezim.
Sebagai gerakan demokratik tentu harus memiliki basis massa yang terdidik dan terpimmpin secara IPO dalam mengefektifkan suatu gherakan yang dapat mmempresur rezim sehingga dalam gerakannya dapat menjadi kekuatan massa. Bahkan sebagai aktifis gerakanpun haruslah memegang teguh akan moral gerakan “ rendah hati, setia kawan, jujur berkelas, disiplin, bertanggung jawab dan rela berkorban”.

PEMBAHASAN
Pra Kemerdekaan
Kebijakan Politik etis 1901 di Hindia Belanda telah memberikan angin segar terhadap Bumi Putra / rakyat indoonesia dalam kesadaran menuju kemerdekaan sebuah bangsa yang telah lama tereksploitasi dari penjajahan Belanda, di abad ke-XX ini adalah kebangkitan bumi putra dalam cita-cita kemerdekaan negara yang di tandai dengan lahirnya beberapa organisasi modern, dalam istilahnya Takeshi Shiraisi dalam bukunya “Zaman Bergerak” sebagai titik tolak radikalisasi rakyat jawa. Perkembangan situasi ekonomi sosial politik pada masa itu telah memberikan pelajaran bagi rakyat, sehingga banyak bermunculan sebuah organisasi seperti VSTP, ISDV, SI, BO, Indische Party ( IP ) PKI dan sebagainya. Pada masa politik etis ini pula juga telah banyak mealahirkan para tokoh nasional seperti cokro aminoto, samaun, H. Misbach, soeryo pranoto dan sebagainya sebagai propagandis yang handal dalam yang bekerja di tengah massa untuk melakukan sebuah perlawanan terhadap kolonial dengan berbagai macam media yang di gunakan seperti membuat terbitan-terbitan pemogokan-pemogokandalam melakuakan perjuangan. Pada masa ini teori marxisme adalah suatu pemikiran yang baru dan memberikan sumbangsih sangat besar terhadap massa rakyat dalam melakukan perjuangan dan membebaskan dirinya dari belenggu ketertindasan, maka tidak heran heran jika banyak para tokoh yang progresif dalam memimpin perjuangan massa dengan senjata marxis, selain itu di indonesia pemikiran islam / islamisme turut mempengaruhi akan kemerdekaan lebih lanjut.
Sebagai titik tolak perlawanan rakyat pada masa itu meletus sebuah pemberontakan yang berpuncak pada tahun 1926 di jawa dan awal tahun 1927 di sumatra. Perlawanan rakyat tersebut di pimpin oleh Partai Komonis Indonesi yang mana telah melakukan pertemuan di Prambanan dalam melakuakn perlawanan terhadap rezim. sehingga akibat pemberontakan tersebut banyak para tokoh komunis dan tokoh nasional di buang ke pengungsian. Perkembangan selanjutnya akibat pemberontakan tersebut meminjam istilah Soekarno sebagai batu alas akan kesadaran rakyat akan cita-cita kemerdekaan dan nasionalisme, sehingga melahirkan supah pemuda 1928 sebagai pemersatu dari beberapa organisasi pemuda yang tesebar di nusantara.
Pada masa penjajahan Fasisme Jepang ( 1942-1945 ), akibat dari kuatnya represifitas dan bengisnya tentara jepang terhadap bangsa ini telah mengakibatkan krisis dalam tubuh pergerakan, akan tetapi para tokoh pergerakan tidak ambil diam atas situasi tersebut dengan semangat kemerdekaan inilah para aktifis gerakan banyak melakukan pergerakan di bawah tanah “ Under Ground “ untuk terus mem-pressure kekuatan jepang dengan wadah persatuan seperti GERINDO.
Upaya pembebasan nation dari penjajahan belanda maupun jepang telah lama dimulai, namun usaha-usaha perjuangan ini menuai kegagalan adapun faktor penyebabnya, yaitu;
• Bersifat kedaerahan/primordial
• Bercorak feudal
• Mengandalkan tokoh pemimpin
• Berkarakter sporadik
• Tidak ada senjata yang kuat
• Belum mengenal organisasi modern
• Belum ada kepemimpinan klas revolusioner

Masa Orde Lama
Tentu daripada evaluasi diatas dapat kita lihat bahwa kemerdekaan Indonesia –pada tanggal 17 Agustus 1945 belumlah selesai, perjuangan pergerakan demokrasi rakyat ini tentu sangat panjang dengan kemerdekaan yang telah dicapaiternyata masih menyisakan beberapa persoalan hal ii dapat kita lihat dengan adanya perjanjian KMB yang telah mengembalikan Indonesia dibawah kontrol atau cengkeraman imperilaisme Belanda.
Sementara rakyat Indonesia telah bersiap diri mempertanhankan republik Indonesia yang ini banyak bermunculan dan menjamurnya organisasi-organisasi gerakan massa. Seperti pada tanggal 10 November 1945 berdiri Pesindo yang selanjutnya berubah menjadi Pemuda Rakyat pada tahun 1950, pada tanggal 25 November 1945 lahir sebuah organisasi BTI, SOBSI, CGMI, GERWANI yang kesemua organisasi tersebut kemudian berafiliasi dengan PKI. Pada tahun 1948 terbentuk sebuah Front Demokrasi Rakyat yang berisikan PKI, Partai Sosialis pimpinan Amir Syariffudin, dan Partai Buruh Indonesia pimpinan Setiajid serta ormass demokratik lainnya, yang pada perkembangan selanjutnya ketiga partai tesebut melakukan fusi menjadi PKI sebagai partai pelopor gerakan demokratik. Sampai pada pembentukan Front Persatuan Nasional yang dipimpin oleh Soekarno dengan poros nasakom yang mana front tersebut melancarkan gerakan pembebasna nasional dengan mengganyang Amerika Serikat dan sekutunya serta sisa-sisa feodalisme di dalam negeri.
Agenda-agenda revolusioner yang dilakukan oleh gerakan burh, gerakan tani, gerakan pemuda mahasiswa, gerakan wanita berlangsung pasng dan dinamis dalam menuntaskan revolusi Agustus 1945. Namun hal ini menuai hambatan dengan adanya serangan dari gerakan kontra revolusi/ kaum reaksioner militer Angkatan Darat dengan konsep jalan tengah A.H Nasution, yang berbuntut pada pembantaian masal rakyat komunis Indonesia pada tahun 1965 hingga 1968 dengan menelan korban kurang lebih 3 juta jiwa manusia , yang ini telah menghancurkan baik infrastruktur maupun suprastruktur bangunan organisasi gerakan progresif revolusioner, serta menjadi titik balik atas matinya sebuah demokrasi dengan naiknya tampuk kekuasaan orde Baru yang dipimpin oleh rezim otorite militeristik fasistik kapitalistik Soeharto.
Hal yang dapat kita lihat dari kekalahan gerakan progresif revolusioner ini dalam melakukan perjuangannya tentu telah memberikan pelajaran bagi kita sebagai generasi muda dalam melanjutkan gerakan pembebasan saat ini, hal tersebut dapat kita lihat dari beberapa evaluasi yang mana gerakan demokratik pada masa itu terjangkit penyakit subyektivisme, avonturisme dan oportunisme.

Masa Orde Baru
Sejak naiknya Soeharto dan AD ketampuk kekuasaan Orde Baru maka matilah demokrasi Indonesia. Sementara gerakan mahasiswa yang di konsolidasikan meliter dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) kemudian di khinati oleh pera elit politik AD, lantas perkembangan selanjutnya pada tahun 1970-an protes-protes barisan sakit hati di gawangi oleh Dewan Mahasiswa (DEMA) yang berbuntut pada kebijakan NKK/BKK tahun 1979, yang melarang mahasiswa berorganisasi dan berpolitik setelah melancarkan penolakan terhadap produk-produk kapitalis jepang (Peristiwa MALARI 1974) yang di anggap mengancam kekuasaan ORBA.
Dekade 1980-an usaha melakuakan perlawanan didomonasi oleh NGO/LSM sampai pada masa 1990-an barulah gerkan-gerakan rakyat demokratik mulai di organisasikan oleh kaum-kaum intelektual mahsiswa. Berawal dari pergulatan teori melalui forum-forum diskusi berkembanglah komite-komite aksi yang bermula di Gang Rodhe-Jogjakarta yang pada perkembangannya meluas keseluruh penjuru tanah air membentuk organisasi-organisasi gerakan demokratik. Segala bentuk-bentuk perjuangan dari mulai propaganda-propaganda untuk membangun kesadaran massa hingga mobilisasi massa dengan aksi-aksi demonstrasi, yang memuncak pada bulan Mei 1998 dengan bergulirnya reformasi yang telah menggulinggkan kekuasaan orde baru di bawah rezim otoriter Soeharto. Gagapgempita gerakan demokratik banyak dio meriahkan oleh gerakan mahasiswa akan tetapi tida sedikit pula gerakan-gerakan massa dari sector buruh, tani dan rakyat tertindas lainnya. Catatan sejarah reformasi yang lahir dari gelombang massa gerakan demokratik belumlah mampu memberikan angina segar perubahan pada tatanan masyarakat yang demokratis kerakyatan, karena telah di telekung oleh kaum-kaum reformis gadungan yang melanggengkan kembali kekuasaan elit borjuasi komprador.

Evaluasi Kritis Gerakan Demokratik Indonesia
Beberapa catatan sejarah yang telah kita lihat di atas dalam perkembangan gerakan demokratik Indonesia masih mengalami berbagai macam kegagalan, maka usaha dan upaya dalam melakukan suatu hal yang tak terelakkan dari kita untuk mengerjakan beberapa kesalahan dan kegagalan dalam perjuangan dengan membangun serikat kita dengan kekuatan basis massa yang kuat dan utuh dalam satu kesatuan perjuangan pembebasan nation serta menegakkan demokrasi rakyat. Dengan mempelajari kesalahan-kesalan terdahulu menjadi landasan pemikiran kita agar kemudian tidak mengulangi kembali, dan merencanakan strategi taktik gerakan maupun pekerjaan bagi kaum gerakan dalam menjawab kebutuhan umum di sector rakyat, hingga mengkonstruksi ulang bangunan organisasi baik infra maupun supra strukturnya menjadi satu kesatuan teoritis dan praksis para aktifis gerakan dalam kerja sehari-hari.
Persoalan dalam gerakan demokratik hingga saat ini masih sama yang mana sejak Orba peranan gerakan demokratik masih di dominasi oleh gerakan mahaiswa artinya belum ada kepemimpinan dari klas yang termaju yaitu kekuatan terpokok dalam merubah keadaan yaitu kelas proletar, padahal kalau kita yakini dalam mewujudkan sebuah pembebasan nation tentu harus di lakukan oleh sector terpokok dan termaju yaitu kekuatan buruh dan tani dalam mewujudkan sebuah perubahan. Selain itu juga yang menjadi persoalan gerkan demokratik hari ini dalam meletakkan stratak perjuangan dalam mewujudkan perubahan masih terdapat perdebatan yang alot di antara organisasi massa ataupun partai politik gerakan demokratik, apakah dalam strategi perjuangan dalam pembebasan nation ini harus melaluai jalan electoral parlementer atau dengan ekstra-parlementer gerakan massa artinya dengan memperkuat basis-basis massa dalam melakuakan perjuangan.
Permasalahan terfragmentasinya gerakan demokratik yang terpecah belah dalam perjuangannya dan sulitnya dalam membangun sebuah persatuan yang kokoh, hal tersebut karena eksistensi dan pikiran-pikiran para pemimpinnya yang terjangkit penyakit heroisme dan kepala batu dalam berpolitik mengakibatkan sulitnya terbangun sebuah front persatuan secara hakiki dalam perjuangan pokok massa.
Sementara, tingkat perkembangan gerakan demokratik yang masih surut dalam melancarkan gelombang perlawanan massa, dapat menjadi analisa kritis atas merosotnya kuantitas massa serta kualitas perjuangan yang lemah. Perjuangan internal menuju konsolidsasi gerakan demokratik telah menjadi kebutuhan mendesak pada hari ini dalam tubuh gerakan, yang ini tentunya dengan memperkuat basis massa dengan memassifkan pengorganisiran dan melakukan perjuangan-pejuangan konkrit sehingga memiliki pengaruh secara politik atau menjadi mimpi buruk rezim, hal ini tentunya sudah menjadi pegangan bagi kalangan aktivis gerakan dalam memegang teguh keyakinan moral gerakan dengan mengibarkan panji-panji perlawanan dan meningkatkan militansi dalam melakukan kerja-kerja gerakan yang progresif demokratis dalam perjuangan pembebasan nasional melawan imperialisme beserta para kompradornya yang sedang berkuasa.



* * *
“Long Live People Struggles”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar